MENGENAL DIRI SENDIRI
Mengenal diri sendiri bukan berarti kita harus berdiri di depan cermin dan meneliti anggota tubuh kita mulai ujung kepala sampai ujung kaki. Mengenal diri sendiri disini berarti kita mengetahui kelebihan dan kekurangan kita. Tahu kelebihan yang dapat dikembangkan dan kekurangan yang harus diperbaiki. Arini, misalnya. Dia tahu kalau dia mahir mengerjakan berbagai ketrampilan tangan, seperti menyulam, kristik, dan hakken. Dia juga tahu kalau dia sering terjangkiti penyakit 'M' alias malas. Bagaimana dia bisa mengembangkan kemampuannya bila penyakitnya itu lebih sering hinggap untuk mengalahkan kemauannya untuk maju.
Ada cara yang diusulkan seorang teman untuk mengatasi hal tersebut, yaitu dengan membuat target untuk dirinya sendiri dan berusaha disiplin serta patuh pada schedule pencapaian target itu. Dengan cara sederhana tersebut, Arini mampu sedikit demi sedikit mengatasi rasa malasnya, sehingga dia dapat menunjukkan hasil karya ketrampilannya pada orang lain.
Kelebihan
Denaya sering mengeluh bila dia tidak punya kelebihan istimewa seperti Tiwi yang pandai menari. Dia tidak sadar bahwa dia sendiri pandai membuat kue. Hanya saja kelebihan itu telah menjadi rutinitasnya sehari-hari saat harus membantu ibunya yang mempunyai usaha membuat kue kering. Padahal tidak setiap orang pandai membuat kue seenak Denaya dan hampir tidak pernah gagal jadi. Aneka kreasi kuenya telah menjadi pajangan di toko milik ibunya.
Setiap orang pasti diberi karunia atau 'gift' oleh Tuhan berupa kelebihan. Apakah kelebihan yang diberikan itu dalam bentuk fisik (outer), mental (inner), atau bahkan keduanya. Namun tidak setiap orang menyadari apa yang menjadi kelebihan dirinya. Bila merupakan kelebihan 'yang tampak', orang akan lebih cepat sadar dibandingkan bila kelebihan tersebut 'tidak tampak', misalnya kecerdasan, ketrampilan, atau kreatifitas. Lihat saja para model atau peragawati yang telah memanfaatkan kelebihan 'yang tampak' mereka sebagai mata pencaharian. Namun bagaimana bila kelebihan yang kita miliki sifatnya inner alias tidak tampak.
Kelemahan
Jangan jadikan kelemahan sebagai suatu ketidakbisaan yang membanggakan. Kelemahan juga tidak perlu diekspos hanya agar mendapat simpati orang lain. Seharusnya pemilik kelemahan itu malu dan menjadikan kelemahan sebagai cambuk untuk memperbaiki diri. Sebenarnya kita bisa lebih kreatif bila kita mau berpikir bagaimana mengatasi kelemahan yang ada pada diri kita.
Fitri, misalnya, dia sering merasa mengantuk saat jam kerja (baca: 'ngantukan'). Bila diledek teman-teman kantornya dia akan menjawab, iya memang saya ngantukan. Dan hal itu terjadi setiap hari tanpa pernah ada solusi dari dirinya sendiri bagaimana cara mengatasi ngantukannya itu. Bila Anda seperti Fitri, itu 'bagus'. Dalam artian, dia 'percaya diri' dengan kelemahannya. Tetapi seandainya saja dia tahu, ada banyak cara untuk mengatasi kelemahannya itu, misalnya mengulum permen yang berasa aneh, beranjak dari tempat duduk, dll hingga mencari objek untuk dijahili biar ngantuk itu melayang pergi. Whatever lah ... asal tidak merugikan orang lain, niscaya dia bisa menjadi manusia yang lebih baik dan tampak lebih bersemangat.
So, mari kita renungkan dan sadari, apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan kita masing-masing. Jadikan kelebihan menjadi hal yang bermanfaat bagi diri kita sendiri dan orang lain. Dan jadikan kelemahan sebagai potensi yang belum tergali.
Sukses buat semua.